Merumuskan Konteks Penelitian, Fokus,
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Diajukan untuk Memenuhi
Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Metodologi Penelitian
Kualitatif”
Dosen pembimbing :
Muhamad Zaini, MA
NIP 197112281999031002
Oleh :
ISTIQOMAH
NIM 3212093011
Jurusan: Tarbiyah
Prodi : PBA
Semester: VI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN)
TULUNGAGUNG
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmatNya, taufiq, hidayah serta
inayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sholawat serta salam semoga
tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari zaman kegelapan
menuju zaman terang benderang dengan ajarannya yakni agama islam.
Dalam penyusunan makalah ini penulis
mengambil judul” Merumuskan Konteks Penelitian, Fokus,Tujuan dan
Kegunaan Penelitian”. Dengan terselesainya penyusunan makalah ini, penulis
telah memenuhi satu kewajiban sebagai mahasiswa semester VI Universitas STAIN
Tulungagung.
Atas terselesainya makalah ini, tidak lupa penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada yang terhormat:
1. Dr.Maftuhin M.Ag. selaku ketua STAIN Tulungagung.
2. Dr. H. Kojin, M.Ag. selaku Kaprodi.
3. Muhamad Zaini, MA selaku Dosen Pembimbing.
4. Teman-teman yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini masih
banyak sekali kesalahan dan sebagainya, untuk itu saran dan kritik bagi makalah
ini selalu kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini. Dan penulis
berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis
khususnya, dan bagi semua pihak yang mengkaji karya ini pada umumnya.
Tulungagung,
April 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul ………………………………………………………… i
Kata Pengantar ………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang …………………………………………….. 1
B.
Rumusan
Masalah …………………………………………. 1
C.
Tujuan
Pembahasan ………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Merumuskan
Konteks Penelitian.............................………. 2
B.
Merumuskan
Fokus Penelitian..........................…………… 6
C.
Merumuskan
Tujuan Penelitian............................................. 12
D.
Merumuskan
Kegunaan Penelitian........................................ 13
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
………………………………………………… 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Setiap
penelitian selalu terdapat komponen-komponen pendahuluan, diantaranya latar
belakang, fokus/pembatasan penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian. Latar belakang yang
merupakan komponen atau faktor penyebab terjadinya masalah yang dirumuskan
menjadi rumusan masalah (research problem). Latar belakang dikemukakan sebagai suatu
pembuktian dari penelitian yang dilakukan, bahwa latar belakang ini menunjukkan
adanya masalah yang diteliti. Dan dalam penelitian kualitatif dinamakan konteks
penelitian. Tahapan selanjutnya yaitu pembatasan masalah yang disebut dengan
fokus, dilanjutkan dengan perumusan tujuan dan kegunaan penelitian.
Karena
begitu pentingnya perumusan komponen pendahuluan
penelitian sebagai pengantar inti karya ilmiah, maka penulis mengambil tema
“merumuskan konteks penelitian, fokus, tujuan dan kegunaan penelitian”.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Cara Merumuskan Konteks Penelitian?
2.
Bagaimana Cara Merumuskan Fokus Penelitian?
3.
Bagaimana Cara Merumuskan Tujuan Penelitian?
4.
Bagaimana Cara Merumuskan Kegunaan
Penelitian?
C.TUJUAN PEMBAHASAN
1.
Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Merumuskan
Konteks Penelitian
2.
Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Merumuskan
Fokus Penelitian
3.
Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Merumuskan
Tujuan Penelitian
4.
Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Merumuskan
Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. MERUMUSKAN
KONTEKS PENELITIAN/LATAR BELAKANG
Karena paradigma, metode, dan tujuan
antara penelitian kuantitatif dan kualitatif masing-masing berbeda secara
tajam, maka terminologi yang digunakan di antara keduanya juga berbeda. Di
antara perbedaan itu ialah rumusan masalah dan fokus penelitian. Kendati masih
terjadi silang pendapat di antara para ahli metodologi penelitian
mengenai penggunaan keduanya, penting untuk disajikan substansi perbedaannya
dan konsistensi penggunaannya. Sebab, konsistensi merupakan ukuran derajad
ke‘ilmiah’an sebuah karya ilmiah.
Sebagai kerja ilmiah, penelitian dimaksudkan
untuk menjawab sebuah masalah, gejala, atau peristiwa yang terjadi di
masyarakat dengan cara dan prosedur ilmiah. Karena persoalan di masyarakat,
baik sosial maupun kemanusiaan, itu kompleks, maka masalah yang kelihatannya
biasa (common issues) bisa menjadi sangat penting dan memiliki makna
tertentu setelah didekati dengan cara ilmiah. Karena itu, setiap penelitian
selalu diawali dengan uraian yang mengantarkan ke pemahaman bahwa masalah itu
layak diteliti, yang lazim disebut sebagai latar belakang masalah.[1]
Belakangan, seiring dengan perkembangan dan
semakin kokohnya metode penelitian kualitatif pada dasawarsa 1960 hingga
1980’an, khususnya dalam penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora), para
ahli membedakan istilah yang tepat untuk dipakai sebagai uraian awal itu, yaitu
antara latar belakang masalah dan konteks penelitian. Tentu saja karena istilah
yang dipakai berbeda, maka makna yang dibawanya juga berbeda.
Dalam metode penelitian kuantitatif, istilah
latar belakang (background of the study) sangat lazim dipakai karena
memang dengan nalar berpikir positivistik yang kausalitas dan deterministik,
latar belakang merupakan komponen atau faktor penyebab terjadinya masalah yang
dirumuskan menjadi rumusan masalah (research problem). Dengan demikian,
antara latar belakang masalah dan rumusan masalah merupakan dua variabel yang
berlangsung dalam hubungan sebab akibat.
Disebut mungkin, karena dalam kenyataannya dan
pengalaman penulis melakukan penelitian yang terjadi di lapangan setelah
peneliti mulai mengumpulkan data, isu yang lebih menarik dan penting untuk
diteliti muncul. Wawancara sebagai metode utama perolehan data pun dimulai
dengan hal-hal yang bersifat umum. Setelah itu semakin menyempit ke hal-hal yang
lebih khusus dan menukik. Lewat wawancara peneliti memberikan ruang yang sangat
luas kepada informan atau subjek penelitian untuk menyampaikan apa saja yang
diketahui tentang topik yang diteliti. Di sini biasanya isu yang lebih menarik
muncul. Bisa saja terjadi isu baru itu mirip, atau sama, tetapi bisa berbeda
sama sekali dengan yang dirancang sejak semula. Karena serba ketidakpastian
itu, uraian awal tidak disebut sebagai latar belakang, melainkan konteks
penelitian. Dengan menggunakan istilah konteks, maka peneliti memiliki keluasan
ruang untuk mengubah tema bahkan isu yang akan diteliti setelah peneliti terjun
ke lapangan.[2]
Perubahan isu yang akan diteliti tidak saja
berasal dari expert judgment peneliti sendiri setelah melihat
lapangan, berhubungan dengan partisipan dan informan atau setelah membaca
pustaka, tetapi juga dari informan atau partisipan penelitian setelah diberi
kesempatan oleh peneliti untuk menyampaikan gagasan, pikiran, dan pandangan-pandangnnya
mengenai tema penelitian. Karena itu, penting bagi peneliti kualitatif
menentukan informan yang menguasai tema yang diteliti. Pilihlah informan yang
memenuhi syarat sebagai maximum variety, yakni orang yang mengetahui dan
syukur menguasai tema yang diteliti.
Jika dalam penelitian kuantitatif sumber
perolehan data adalah orang yang diberi kuesioner, lazimnya disebut responden,
maka dalam penelitian kualitatif sumber data berasal dari orang yang
diwawancarai yang selanjutnya disebut informan. Jika responden, tidak diberi
ruang gerak menyampaikan pendapat, pikiran dan gagasan selain yang telah
ditentukan berupa pilihan-pilihan jawaban dalam kuesioner, maka sebaliknya
informan diberi ruang seluas-luasnya menyampaikan gagasannya. Jika di mata responden,
peneliti dianggap sebagai orang yang lebih tahu tentang tema yang diteliti,
maka di mata informan peneliti adalah orang yang ‘diberitahu’
tentang tema penelitian. Oleh karena itu, ia disebut informan, yakni orang yang
memberi informasi kepada peneliti apa saja menyangkut tema penelitian. Dia bisa
menjadi teman peneliti untuk berdiskusi.
Karena itu pula, pilihan informan yang tepat
sangat menentukan kualitas penelitian. Bisa saja terjadi subjek penelitian
(orang yang diteliti) bukan objek pada saat yang sama menjadi informan
penelitian. Lebih lanjut dapat dikatakan jika kualitas data penelitian
kuantitatif tergantung pada kualitas kuesioner dan keterwakilan sampelnya, maka
kualitas data penelitian kualitatif sangat tergantung pada kecakapan peneliti
dan kualitas informannya. Semakin berkualitas informan artinya menguasai tema
penelitian dan isu yang hendak dijawab, maka semakin kaya informasi yang
diperoleh peneliti. Sebagaimana diketahui, kekayaan data atau informasi
merupakan salah satu syarat penelitian kualitatif.
Karena sifat keterbukaan, tentativeness dan
masih dalam tahapan rabaan peneliti sebagaimana diuraikan di atas, maka uraian
awal yang mengantarkan ke masalah yang diteliti tidak disebut latar belakang (background
of research), melainkan konteks penelitian (research context), dan
isu yang diajukan untuk dijawab tidak disebut rumusan masalah (research
problems), melainkan fokus penelitian (research fokus). Kendati
menggunakan istilah latar belakang dan rumusan masalah tidak total salah dalam
penelitian kualitatif, tetapi konsistensi menggunakan istilah sebagai
konsekuensi pilihan metodologis sangat penting. Itu menggambarkan kadar
keilmuan seseorang.[3]
latar belakang penelitian merupakan
sebab-sebab (alasan) mengapa suatu masalah atau hal itu menarik untuk diteliti.
Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif.
Alasan objektif merupakan alasan yang langsung menyangkut topik penelitian
dengan objek yang akan diteliti. Secara objektif, alasan penelitian dilakukan dapat
dikategorikan menjadi beberapa hal yaitu:
a. Arti penting atau peranan topik pembicaraan/ penelitian
Maksudnya, topik
pembicaraan/penelitian yang diangkat akan memberikan manfaat dan peranan yang
penting dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan kehidupan sehingga hal
tersebut harus diteliti.
b. Perlunya pengembangan/peningkatan di bidang topik
penelitian
Ini merupakan lanjutan
dari penelitian/ hasil/teknologi yang telah ada terdahulu. Dengan pengembangan
penelitian yang dilakukan akan menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar bagi
ilmu pengetahuan, ditemukannya metode/teknologi baru yang lebih efektif, dan
lain-lain yang merupakan hasil tindak lanjut dari yang sudah ada sebelumnya.
c. Perlunya saran/masukan sebagai bahan pembinaan/
peningkatan/ pengembangan di bidang topik penelitian.
Ini merupakan penelitian
yang akan dilakukan untuk menguji ulang atau mendapatkan hasil yang baru sesuai
dengan topik penelitian yang sama. Sehingga hasil yang diperoleh nantinya akan
berguna sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan/pengembangan hasil
penelitian tersebut.
d. Perlunya penelitian dilakukan untuk alasan kemanfaatan
praktis (terapan, keterampilan, pengetahuan, dll) atau alasan kemanfaatan
keilmuan (pengembangan teori, dll).[4]
Latar belakang secara objektif kebanyakan merupakan
alasan yang diperoleh karena masalah yang akan menjadi topik penelitian sudah
ada sebelumnya, atau sudah diangkat sebelumnya. Sehingga dalam latar belakang
penelitian, perlu diberikan tinjauan pustaka, data-data kuantitatif maupun
kualtatif serta acuan berbagai masalah yang berkaitan dengan objek atau topik
penelitian anda. Secara garis besar, dalam latar belakang diberikan informasi
baik dari acuan pustaka maupun hasil observasi awal yang telah dilakukan
terhadap topik penelitian itu.
Latar
belakang dikemukakan sebagai suatu pembuktian dari penelitian yang dilakukan,
bahwa latar belakang ini menunjukkan adanya masalah yang diteliti. Di sini
peneliti harus dapat menjelaskan bahwa keinginan untuk meneliti masalah
tersebut timbul, karena peneliti melihat adanya kesenjangan atau jurang
perbedaan antara apa-apa yang seharusnya atau idealnya sangat berbeda dengan
kenyataan yang ditemui dan diketahui atau dilihat.[5]
Ada empat alinea utama dalam latar belakang masalah,
yaitu:
Ø
Alinea Pertama, berisi pernyataan
masalah (masalah penelitian)
Ø
Alinea kedua, berisi kajian
teoritis berupa pernyataan atau hasil penelitian kejadian-kejadian yang terkait
dengan pernyataan masalah
Ø
Alinea ketiga, berisi kajian
teoritis berupa dampak-dampak yang terjadi bila pernyataan masalah tidak
diteliti, atau dampak-dampak kejadian yang terkait dengan masalah penelitian
Ø
Alinea keempat, berisi paradigma
teoritis atau mekanisme teoritis yang peneliti ajukan untuk menyelesaikan
pernyataan masalah yang diajukan.[6]
B. MERUMUSKAN
FOKUS PENELITIAN
Masalah
penelitian dalam penelitian kualitatif disebut fokus. Sehingga penentuan
masalah bergantung dari paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti,
yakni apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan.
Dengan demikian akan ada tiga macam masalah, yaitu “masalah” untuk peneliti,
“evaluands” untuk evaluator, dan “pilihan kebijakan” untuk peneliti kebijakan.[7]
Batasan
masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah
yang masih bersifat umum. Spradley dalam Sugiyono meenyatakan bahwa fokus itu
merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial.
Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan
pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi sosial
(lapangan).[8]
Masalah
adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih
yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban. Faktor yang berhubungan
tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman atau
unsur lainnya. Jika kedua faktor itu diletakkan secara berpasangan akan
menghasilkan sejumlah tanda tanya, kesukaran yaitu sesuatu yang tidak dipahami
atau tidak dapat dijelaskan pada waktu itu.[9]
Ada
dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah
penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus.
1.
Penetapan
fokus dapat membatasi studi. Jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri.
2.
Penetapan
fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau
kriteria masuk –keluar. Suatu informasi yang harus diperoleh di lapangan.[10]
Pembatasan
masalah merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif
walaupun sifatnya masih tentatif. Sehingga dapat ditarik kesimpulan:
1.
Suatu
penelitian tidak dimulai dari sesuatu yang vakum atau kosong. Implikasinya,
peneliti seyogyanya membatasi masalah studinya yang bertumpu pada fokus. Hal
ini memungkinkan adanya acuan teori dari suatu penelitian.
2.
Fokus
pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau
melalui pengetahuan yang diperolehnya melalui kepustakaan ilmiah ataupun
kepustakaan lainnya. Implikasinya, apabila peneliti merasakan adanya masalah,
seyogyanya ia mendalami kepustakaan yang relevan sebelum terjun ke lapangan.
Dengan jalan demikian fokus penelitian akan memenuhi kriteria untuk bidang inkuiri, yaitu kriteria
inklusi-eksklusi.
3.
Tujuan
penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan.
Implikasinya masalah perlu dirumuskan terlebih dahulu, barulah tujuan
penelitian ditetapkan
4.
Masalah
yang bertumpu pada fokus yang ditetapkan bersifat tentatif, dapat diubah sesuai
dengan situasi latar penelitian.
Spradley dalam Sugiyono mengemukakan empat
alternatif untuk menetapkan fokus yaitu:
1.
Menetapkan fokus pada permasalahan yang
disarankan oleh informan. Informan ini dalam lembaga pendidikan bisa kepala
sekolah, guru, orang tua, murid, pakar pendidikan.
2.
Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain
tertentu organizing domain. Domain dalam pendidikan ini bisa kurikulum, proses
belajar mengajar, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan,
manajemen, pembiayaan, sistem evaluasi, pandangan hidup kompetensi dan
sebagainya.
3.
Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan
untuk pengembangan iptek. Temuan berati sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini
dalam pendidikan misalnya menemukan metode mengajar matematika yang mudah
difahami dan menyenangkan.
4.
Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan
yang terkait dengan teori-teori yang telah ada. Penelitian ini bersifat
pengembangan, yaitu ingin melengkapi dan memperluas teori yang telah ada.[11]
Sebelum permasalahan dapat di rumuskan dengan
baik, permasalahan penelitian dapat di nilai dengan beberapa pertanyaan atau
pernyataan sebagai berikut:
1.
Problem penelitian sebaiknya dapat memberikan
kontribusi terhadap teori yang ada dan bidang ilmu peneliti yang
berkepentingan. Pernyataan ini pada pokoknya adalah merupakan penegasan kembali
fungsi penelitian yang utama, yaitu mempunyai kontribusi terhadap pengetahuan
baru dan bidang studi yang ada.
2.
Setelah dilakukan studi terhadap permasalahan
penelitian yang ada, problematika hendaknya memberikan motivasi timbulnya
permasalahan baru untuk dilakukan studi dalam kegiatan penelitian berikutnya.
3.
Permasalahan peneliti dapat dirumuskan dalam
statemen pertanyaan.
4.
Dalam bentuk kesenjangan antara yang
diharapkan dengan kenyataan yang ada.[12]
Karakteristik
permasalahan:
1.
Dapat diteliti
2.
Mempunyai kontribusi signifikan
3.
Dapat didukung dengan data empiris
4.
Sesuai dengan kemampuan dan keinginan
peneliti[13]
Prinsip-prinsip
perumusan masalah:
1.
Prinsip yang berkaitan dengan teori dari
dasar
Peneliti
hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya
didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan
masalah adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan
masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila
peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data.
2.
Prinsip yang berkaitan dengan perumusan masalah
Perumusan
masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori
substantif, yaitu teori yang bersumber dari data.
v Peneliti
merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala
macam kekurangan akibat tindakannya.
v Penekanan
pada suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti untuk juga dapat menguji suatu
teori yang sedang berlaku.
v Masalah
yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk
keperluan mengadakan analisis data dan kemudian menjadi hipotesis kerja.[14]
3.
Prinsip hubungan faktor
Faktor
– faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Ada
3 aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu
merumuskan maslah tersebut :
a.
Adanya dua atau lebih faktor
b. Faktor
– faktor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna.
c.
Hasil pekerjaan tadi menghubungkan
suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi
suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk
menjawabnya.
Jadi,
walaupun ada faktor – faktor, jika tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara
bermakna, hal itu berarti belum memenuhi persyaratan.
4.
Fokus sebagai wahana untuk membatasi studi
Peneliti
kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu
orientasi teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma
ilmiah, alamiah ataupun paradigm tengah. Perumusan masalah bagi peneliti akan
mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan
dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia.
5.
Prinsip yang berkaitan dengan kriteria
inklusi-eksklusi
Perumusan
fokus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin
disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna
memilih mana data yang relevan dan mana yang tidak. Data yang relevan
dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah
dikeluarkan.Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan merupakan alat
yang ampuh untuk memilih data yang relevan.[15]
6.
Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara
perumusan masalah
Ada
tiga bentuk perumusan masalah :
ü Secara
diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif
namun perlu diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan penelitian
ü Secara
proposional, secara langsung menghubungkan faktor – faktor dalam hubungan logis
dan bermakna
ü Secara
gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan
lagi dalam bentuk proposisional.
7.
Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan
masalah
Yang
dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara
unsur – unsur peneliti lainnya. Unsur – unsur penelitian lainnya yang erat
kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan
teori dan metode penelitian.
· Prinsip
posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian didahulukan.
· Prinsip
lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu
· Prinsip
berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan
tujuan
· Prinsip
terakhir menghendaki agar seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode
penelitian.
8.
Prinsip berkaitan dengan hasil penelaahan
kepustakaan
Pada
dasarnya perumusan masalah itu tidak bias dipisahkan dari hasil penelaahan
kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan
masalah itu, serta mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori
substantif.
9.
Prinsip yang berkaitan dengan penggunan
bahasa
Perumusan
masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali
pada waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang
hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti
memmpertimbangkan ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan
dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembacanya. Dengan
kata lain, penulisan perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat
keumumannya para pembaca.[16]
Langkah-langkah perumusan masalah:
Langkah
1 : Tentukan fokus penelitian
Langkah
2 : Cari berbagai kemungkinan faktor
yang ada kaitan dengan fokus tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus.
Langkah
3 : Dari antara faktor-faktor yang terkait
adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan
mana yang dipilih.
Langkah
4 : Kaitkan secara logis faktor-faktor
subfokus yang dipilih dengan fokus penelitian.[17]
C. MERUMUSKAN TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian merupakan satuan yang selaras dari
perumusan masalah dan manfaat penelitian. Secara umum, tujuan penelitian adalah
pernyataan jawaban atas pertanyaan mengapa anda ingin melakukan penelitian
tersebut. Biasanya dalam penulisan tujuan adalah sesuai dengan perumusan
masalah.[18]
Tujuan
pada dasarnya adalah rumusan apa yang ingin dicapai dari penelitian. Tujuan
penelitian harus sejalan atau konsisten dengan masalah yang diteliti. Artinya
ada kesamaan makna antara tujuan dengan masalah penelitian.[19]
Perbedaan rumusan masalah dengan tujuan penelitian terletak pada bentuk
pengungkapan masing-masing.[20]
Perumusan Tujuan penelitian, dibuat dengan mengacu pada
masalah/pertanyaan penelitian. Dengan demikian, antara tujuan dan masalah
penelitian saling terkait. Teknik penulisannya, Tujuan penelitian dirumuskan dengan kalimat pasif, karena
tujuan merupakan pernyataan kondisi yang akan dicapai.[21]
Tujuan
penelitian adalah pernyataan-pernyataan harapan yang ingin dicapai atau
diketahui melalui penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah
data/ informasi apa yg akan dihasilkan melalui penelitian. Tujuan penelitian
harus jelas dan tegas. Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum (general
purposes) dan tujuan khusus (spesific purposes)[22].
a.
Tujuan Umum merupakan tujuan penelitian
secara keseluruhan yang ingin dicapai melalui penelitian. Tujuan umum merupakan
pernyataan spesifik yang menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari
penelitian, bersifat global, jangka panjang dan abstrak tujuan khusus
penelitian.
b.
Tujuan Khusus merupakan penjabaran atas
pentahapan tujuan umum, sifatnya lebih operasional dan spesifik. Bila semua
tujuan khusus tercapai, maka tujuan umum penelitian juga terpenuhi. Merupakan
pernyatan dalam bentuk kongkrit dan dapat diukur dan Berupa uraian atau langkah-langkah untuk
mencapai tujuan umum penelitian, tujuan khusus berkaitan dgn masalah penelitian
& menunjukkan variabel yg akan diteliti. Boleh dalam kalimat aktif
(mengetahui, menilai, membuktikan, mendeskripsikan, dsb.) maupun pasif
(diketahuinya, dsb.)
Merumuskan
tujuan: Tujuan penelitian dinyatakan dalam/dengan kalimat pernyataan (bentuk
deklaratif). Tujuan lebih spesifik atau kongkrit dibandingkan dengan perumusan
masalah yang masih bersifat abstrak.[23]
Adanya tujuan ini dimaksudkan pula agar apa yang ingin
dicapai dengan adanya penelitian ini dapat diketahui dan dapat diukur tingkat
keberhasilannya.
D. MERUMUSKAN
KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian adalah manfaat dari hasil
penelitian berupa informasi, data, dan koefisien dari penelitian tersebut bagi
berbagai pihak seperti pemerintah, sponsor penelitian, perkembangan ilmu dan
penelitian, dan kepentingan masyarakat pada umumnya.[24]
Pembicaraan
tentang kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa peneliti
tidak dapat mengadakan sebenarnya hasil apa yang diharapkan, dan sejauh mana
sumbangannya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.[25]
Sebenarnya
manfaat/kegunaan penelitian bisa disatukan dengan tujuan penelitian, yakni
dijelaskan setelah tujuan penelitian dirumuskan. Namun bisa pula dipisahkan
dengan maksud memberi penekanan apa manfaat yang dapat diperoleh dari
penelitian tersebut. Manfaat/kegunaan penelitian bisa untuk pemecahan masalah, perumusan kebijaksanaan,
pengembangan ilmu, memperbaiki suatu model kerja yang lebih efektif dan
lain-lain bergantung pada masalah dan lingkup penelitiannya. Sering sekali
diterimanya suatu usulan penelitian bergantung pada manfaat yang diperoleh dari
penelitian tersebut.[26]
Pada intinya, kegunaan penelitian menguraikan
seberapa jauh kebergunaan dan kontribusi hasil penelitian. Kegunaan
penelitian/penulisan dapat diuraikan secara terpisah. Maksudnya, kegunaan
penelitian tersebut dapat diperinci lagi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penelitian. Kegunaan penelitian dapat dibedakan menjadi kepentingan
praktis, kepentingan bidang keilmuan, atau kepentingan bidang profesi peneliti,
instansi/organisasi, atau kelompok tertentu.
Salah satu contoh kegunaan penelitian skripsi
mahasiswa yang terbimbing baik adalah:
1.
Bagi Lembaga
ü
Orisinilitas
karya tulis sarjana yang ditelurkan lebih terjamin dan lebih terasakan
ü
Mutu Sarjana
yang diluluskan lebih tinggi dan handal
ü
Kegiatan
akademik di Kampus akan lebih hidup dan berbobot
2.
Bagi Mahasiswa
ü
Mendapat pengalaman
meneliti yang berharga
ü
Mendapat
pembinaan diri menuju pribadi berkualitas
ü
Mempersembahkan
hasil karya yang dapat membanggakan
3.
Bagi Dosen
Pembimbing
ü
Menambah
penalaran ilmu khususnya pengetahuan terapan
ü
Menambah
khasanah data dan informasi yang terpercaya
ü
Menambah tajam
wawasan keilmuan dan prestasi akademik[27]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Latar belakang dikemukakan sebagai suatu
pembuktian dari penelitian yang dilakukan, bahwa latar belakang ini menunjukkan
adanya masalah yang diteliti. Ada empat alinea utama dalam latar belakang
masalah, yaitu: berisi pernyataan masalah (masalah penelitian), berisi kajian
teoritis berupa pernyataan atau hasil penelitian kejadian-kejadian yang terkait
dengan pernyataan masalah, berisi kajian teoritis berupa dampak-dampak yang
terjadi bila pernyataan masalah tidak diteliti, atau dampak-dampak kejadian
yang terkait dengan masalah penelitian, berisi paradigma teoritis atau
mekanisme teoritis yang peneliti ajukan untuk menyelesaikan pernyataan masalah
yang diajukan.
2.
Batasan masalah dalam penelitian kualitatif
disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.
Maksud penggunaan fokus yaitu dapat membatasi studi yang akan membatasi bidang
inkuiri, serta Penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi
atau kriteria masuk –keluar Suatu informasi yang harus diperoleh di lapangan
3.
Tujuan penelitian adalah
pernyataan-pernyataan harapan yang ingin dicapai atau diketahui melalui
penelitian. Tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tujuan umum (general
purposes) dan tujuan khusus (spesific purposes). Merumuskan tujuan: Tujuan penelitian
dinyatakan dalam/dengan kalimat pernyataan (bentuk deklaratif). Tujuan lebih
spesifik atau kongkrit dibandingkan dengan perumusan masalah yang masih
bersifat abstrak, Tujuan penelitian harus jelas dan tegas.
4. Kegunaan penelitian adalah manfaat dari hasil penelitian berupa informasi, data,
dan koefisien dari penelitian tersebut bagi berbagai pihak seperti pemerintah,
sponsor penelitian, perkembangan ilmu dan penelitian, dan kepentingan
masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminoto,Cokro, 2009. Merumuskan Tujuan Penelitian (on line) http://cokroaminoto.blogetery.com/2009/05/23/merumuskan-tujuan-penelitian/ diakses 1 April 2012
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta
Bungin,Burhan, 2001. Metodologi Penelitian sosial;Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif .Surabaya:Airlangga University Press
Mardalis,2004. Metode Penelitian:Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta:Bumi
Aksara
Midyuin, 2010. Metode Penelitian Pentingnya Tujuan (on line) http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-pentingnya-tujuan.html
diakses 1 April 2012
Moleong, Lexy J.2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja
Rosdakarya
Mujahidin,2011. merumuskan hipotesis merumuskan tujuan dan
kegunaan Penelitian (on line) http://mujahidinimeis.wordpress.com /2011/01/18/ merumuskan-hipotesis-merumuskan-tujuan-dan-kegunaan-penelitian/ diakses 5 April 2012
Raharjo, Mudji, tanpa judul (on line) http://mudjiarahardjo.com/profile/292.html?task=view diakses 1 April 2012
Sambodo, Apa itu Latar Belakang Masalah (on line) http://sambodo.multiply.com/journal/item/3/Apa_itu_Latar_Belakang_Masalah_ diakses 1 April 2012
Santoso, Gempur, 2005. Metodologi
Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka
Sudjana,Nana, 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung:Sinar Baru Algesindo
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sukardi, 2008. Metodologi penelitian Pendidikan;Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta:Bumi Aksara
Tanzeh, Ahmad,2009. Pengantar
Metode Penelitian. Yogyakata:TERAS
[1] Mudji Raharjo, tanpa judul (on line) http://mudjiarahardjo.com/profile/292.html?task=view diakses 1 April 2012
[2] Ibid,
[3] Ibid,
[4] Sambodo, Apa itu Latar Belakang Masalah (on line) http://sambodo.multiply.com/journal/item/3/
Apa_itu_Latar_Belakang_Masalah_
diakses 1 April 2012
[5] Mardalis, Metode Penelitian:Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta:Bumi
Aksara,2004) hlm:36
[6] Gempur Santoso. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2005), hal 15
[7] Ahmad Tanzeh, Pengantar
Metode Penelitian (Yogyakata:TERAS,2009)hlm:109
[8] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan;Pendekatan
Kuantitatif,kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009) hlm:285-286
[9] LexyJ,moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm:93
[10] Ibid... hlm:94
[11] Sugiyono,Metode Penelitian....hlm:288
[12] Sukardi, Metodologi penelitian Pendidikan;kompetensi dan praktiknya (Jakarta:Bumi
Aksara, 2008) hlm:24-25
[13] Ibid, hlm:27-28
[14] Lexy J. Moleong, Metodologi
Penelitian.... hlm:113-114
[15] Ibid...hlm:114-116
[16]Ibid..hlm:117 -118
[17] Ibid,,, hlm:119
[18] Sambodo,,,(on line)
[19] Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan(Bandung:Sinar
Baru Algesindo,2007) hlm:171
[20] Burhan, Bungin, Metodologi Penelitian sosial;Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif
(Surabaya:Airlangga University Press, 2001) hlm:62
[21] Cokro Aminoto, 2009. Merumuskan Tujuan Penelitian (on line) http://cokroaminoto.blogetery.com/2009/05/23/merumuskan-tujuan-penelitian/ diakses 1 April 2012
[23] Midyuin, 2010. Metode Penelitian
Pentingnya Tujuan (on line)http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/12/metode-penelitian-pentingnya-tujuan.html diakses 1 April 2012
[24] ibid,( online)
[25] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) hlm : 53
[26] Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian... hlm:171
[27]Mujahidin, merumuskan hipotesis
merumuskan tujuan dan kegunaan Penelitian (on line) http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/merumuskan-hipotesis-merumuskan-tujuan-dan-kegunaan-penelitian/ diakses
5 April 2012