Minggu, 15 April 2012

pengertian tasawuf dan asal usulnya serta implementasi dalam kehidupan modern


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Kota besar menjadi agent of transformation. Sebagaimana diketahui, bahwa modernisasi masyarakat, ditandai adanya proses transformasi besar, suatu perubahan masyarakat segala aspeknya.
Fenomena sufisme di tengah masyarakat yang terus beradaptasi terhadap nilai-nilai baru seakan gerkan melawan arus transformasi. Mereka masih bertahan dengan kepercayaan-kepercayaan tradisional dan sangat kuat mendambakan kepuasan batin. Kesukaannya dengan berkumpul dengan sesama secara rutin dan dengan atribut khas islam. Paham sufism adalah bagian yang melekat pada kelompok-kelompok seperti itu. Komunitas itu disebut sebagai petualang spiritual karena sanggup mengorbankan apa saja demi kepuasan batin. Mereka yang bersungguh-sungguh dalam membangun hubungan emosional kepada Tuhan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah Pengertian Taswuf  dan Asal-usul tasawuf ?
2.      Apa saja istilah-istilah dalam Tasawuf ?
3.      Apa Fungsi dan Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern ?
4.       Apa saja Perilaku-Perilaku tasawuf?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui Pengertian dan  Asal-usul tasawuf.
2.      Untuk mengetahui Istilah-istilah dalam Tasawuf.
3.      Untuk mengetahui Fungsi dan Peranan Tasawuf dalam Kehidupan Modern
4.      Untuk mengetahui Apa saja Perilaku-Perilaku tasawuf.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN DAN ASAL-USUL TASAWUF
Dari segi bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang dihubung-hubungkan para ahli untuk menjelaskan kata tasawuf. Harun nasution dalam Abuddin nata menyebutkan lima istilah yng berkenaan dengan tasawuf yaitu:[1]
a.       Al-suffah (ahl al-suffah), (orang yang ikut pindah dengan  nabi dari Makkah ke Madinah) misalnya menggambarkan keadaan orang yang rela mencurahkan jiwa raganya, harta benda dan lain sebagainya hanya untuk allah. Tanpa ada unsur iman dan kecintaan kepada allah, tak mungkin mereka melakukan hal demikian.
b.      Saf (barisan), menggambarkan orang yang selalu berada di barisan depan dalam beribadah kepada allah dan melakukan amal kebajikan.
c.       Sufi (suci), menggambarkan orang yang selalu memelihara dirinya dari berbuat dosa dan maksiat.
d.      Sophos (bahasa Yunani:hikmat), menggambarkan keadaan jiwa yang senantiasa cenderung kepada kebenaran.
e.       Suf (kain wol), menggambarkan orang yang hidup sederhana dan tidak mementingkan dunia.
Dari segi linguistik (kebahasaan) dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sifat mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf.
a.       Manusia sebagai makhluk terbatas, yaitu tasawuf sebagai upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia, dan memusatkan hanya kepada allah SWT.
b.      Manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, yaitu tasawuf ebagai upaya memperindah diri dengan akhlak yang bersumber dari ajaran agama dalam rangka mendekatkan diri kepada allah SWT.
c.       Manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan, yaitu tasawuf sebagai kesadaran fitrah (ke-Tuhanan) yang dapat mengarahkan jiwa agar setuju kepada kegiatan-kegiatan yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan.
Tasawuf pada intinya adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan bidang pembinaan mental rohaniyah agar selalu dekat dengan Tuhan.[2]
            SUMBER-SUMBER TASAWUF
Di kalangan para orientalis Barat biasanya dijumpai pendapat yang mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur islam, unsur masehi (Agama Nasrani), unsur Yunani, Unsur hindu/budha, dan Unsur persia.
1.      Unsur Islam
Secara umum ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah atau jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur kehidupan yang bersifat batiniah itulah kemudian lahir tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, al-Qur'an dan al-Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur'an antara lain berbicara tentang perintah agar manusia senantiasa bertaubah, membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah (Lihat QS. Tahrim, 8),
يا أيهاالذين أمنوا توبوا إلى الله توبة نصوحا
“hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya”[3]
 Selan­jutnya al-Qur’an mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak diperbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda (Lihat QS. Al-Fathir,5)
يا أيها الناس إنّ وعدالله حقّ فلا تغرّنّكم الحيوة الدنيا ولا يغرّنّكم بالله الغرور
“hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaithan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah” [4]
2.      Unsur Luar Islam
Dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis Barat sering dijumpai uraian yang menjelaskan bahwa tasawuf Islam dipengaruhi oleh adanya unsur agama masehi, unsur Yunani, unsur Hindu/Budha dan unsur Persia. Hal ini secara akademik bisa saja diterima, namun secara akidah perlu kehati-hatian. Para orientalis Barat menyimpulkan bahwa adanya unsur luar Islam masuk ke dalam tasawuf itu disebabkan karena secara historis agama-agama tersebut telah ada sebelum Islam, bahkan banyak dikenal oleh masyarakat Arab yang kemudian masuk Islam. Akan tetapi kita dapat mengatakan bahwa boleh saja orang Arab terpengaruh oleh agama-agama tersebut, namun tidak secara otomatis mempengaruhi kehidupan tasawuf, karena para penyusun ilmu tasawuf atau orang yang kelak menjadi sufi itu bukan berasal dari mereka itu. Dengan demikian adanya unsur luar Islam yang mempengaruhi tasawuf Islam itu merupakan masalah akademik bukan masalah akidah Islamiah. Karenanya boleh diterima dengan sikap yang sangat kritis dan obyektif. Kita mengakui bahwa Islam sebagai agama universal yang dapat bersentuhan dengan berbagai lingkungan sosial. Dengan sangat selektif Islam bisa beresonansi dengan berbagai unsur ajaran sufistik yang terdapat dalam berbagai ajaran tersebut. Dalam hubungan ini maka Islam termasuk ajaran tasawufnya dapat ber­sentuhan atau memiliki kemiripan dengan ajaran tasawuf yang berasal dari luar Islam itu.[5]
a.    Unsur Masehi
Orang Arab sangat menyukai cara kependetaan, khususnya dalam hal latihan jiwa dan ibadah. Atas dasar ini tidak mengherankan jika Von Kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman Jahiliyah. Hal ini diperkuat pula oleh Gold Ziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam Islam adalah merupakan cabang dari agama Nasrani. Selanjutnya Noldicker mengatakan bahwa pakaian wol kasar yang kelak digunakan para sufi sebagai lambang kesederhanaan hidup adalah merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh para pendeta. Sedangkan Nicholson mengatakan bahwa istilah-istilah tasawuf itu berasal dari agama Nasrani, dan bahkan ada yang berpendapat bahwa aliran tasawuf berasal dari agama Nasrani.

b.   Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia di mana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayyah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut mempengaruhi pola berpikir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Kalau pada bagian uraian dimulai perkembangan tasawuf ini baru dalam taraf amaliah (akhlak) dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka uraian-uraian tentang tasawuf itu pun telah berubah menjadi tasawuf filsafat. Hal ini dapat dilihat dari pikiran al-Farabi', al-Kindi, Ibn Sina terutama dalam uraian mereka tentang filsafat jiwa. Demikian juga pada uraian-uraian tasawuf dari Abu Yazid, al-Hallaj, Ibn Arabi, Suhrawardi dan lain-lain sebagainya.

c.    Unsur Hindu/Budha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir, darwisy. Al-Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu. Kemudian pula paham reinkamasil (perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain), cara kelepasan dari dunia versi Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan jalan mengingat Allah. Salah satu maqomat Sufiah al-Fana tampaknya ada persamaan dengan ajaran tentang Nirwana dalam agama Hindu. Goffiq Ziher mengatakan bahwa ada hubungan persamaan antara tokoh Sidharta Gautama dengan Ibrahim bin Adham tokoh sufi.

d.   Unsur Persia
Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubung­an semenjak lama yaitu hubungan dalam bidang politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Akan tetapi belum ditemukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohanj Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia itu terjadi melalui ahli-ahli tasawuf di dunia ini. Namun barangkali ada persamaan antara istilah zuhd di Arab dengan zuhd menurut agama Manu Mazdaq dan hakikat Muhammad menyerupai paham (Tuhan kebaikan) dalam agama Zarathustra.

B.     ISTILAH-ISTILAH DALAM TASAWUF
1.      Maqomat
Secara harfiah maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia.[6] Istilah ini selanjutnya digunakan untuk arti sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang sufi untuk berada dekat dengan Allah. Dalam bahasa Inggris maqamat dikenal dengan istilah stages yang berarti tangga. Dalam abuddin Nata terdapat tujuh maqomat yang disepakati, yaitu:al-taubah, al-zuhud, al-wara’, al faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridho.[7]
a)      Al-zuhud
Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Secara istilah  yaitu sikap jiwa yang lebih menyukai kehidupan akherat dan ibadah daripada keduniaan.
قل متاع الدنيا قليل و الأخرة خير لمن اتقى ولا تظلمون فتيلا
“katakanlah kesenangan di dunia ini hanyalah sebentar dan akherat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun (QS.An-nisa’:4:78)
b)      Al-Taubah
Al-Taubah berasal dari bahasa Arab taba, yatubu, taubatan yang artinya kembali. Sedangkan taubat yang dimaksud oleh kalangan sufi adalah memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan disertai janji yang sungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa tersebut, yang disertai dengan melakukan amal kebajikan.
وتوبوا الى الله جميعا ايّها المؤمنون لعلّكم تفلحون
“dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-oarang yang beriman supaya kamu beruntung.(QS.An-nur,24:31)
c)      Al-Wara
Secara harfiah al-wara’ artinya saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Kata ini selanjutnya mengandung arti menjauhi hal-hal yang tidak baik. Dan dalam pengertian sufi al-wara adalah meninggalkan segala yang di dalamnya terdapat keragu-raguan antara halal dan haram (syubhat).
فمن اتقى من الشبهات فقداستبرأ من الحرام
“Barangsiapa yang dirinya terbebas dari syubhat, maka sesung­guhnya ia telah terbebas dari yang haram.” (HR. Bukhari).
d)     Al-Faqr
Secara harfiah fakir biasanya diartikan sebagai oarang yang berhajat, butuh atau orang miskin. Sedangkan dalam pandangan sufi fakir adalah merasa cukup apa yang diberikan allah kepadanya, seraya mensyukurinya, tidak meminta yang lebih dan tidak menolak pemberian.
e)      Al-shabr
Secara harfiah, sabar berarti tabah hati. Sedangkan dalam pandangan sufi sabar merupakan jiwa yang tabah, tidak mengeluh atau putus asa terhadap cobaan dan ujian berat yang diberikan Tuhan, dan selalu menjalankan ibadah dengan tekun, dan menjauhi larangan Tuhan dengan kesadaran tinggi.
فاصبركما صبر اولوا العزم من الرسول
“maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rosul-rosul”(QS Al Ahqof, 46:35)
f)       Al-tawakkal
Secara harfiah tawakkal berarti menyerahkan diri. Menurut harun nasution dalam abuddin Nata adalah menyerahkan diri kepada qada dan keputusan allah. Selamanya dalam keadaan tenteram, jika mendapat pemberian berterima kasih, jika mendapat apa-apa bersikap sabar dan menyerah kepada qada dan qodar Tuhan. Tidak memikirkan hari esok, cukup dengan apa yang ada hari ini. Percaya kepada janji allah. Menyerah kepada allah dengan allah dan karena allah.
وعلى الله فليتوكّل المؤمنون
“Dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman bertawakal”(QS,At-Taubah,9:51)
g)      Al-Ridho
secara harfiah ridho artinya rela, suka, senang. Sedang dalam pandangan sufi ridho adalah sikap jiwa yang senang dan rela menerima qada’ dan qodar Tuhan yang menimpa atas dirinya, seraya tetap beribadah kepadanya.
2.      Hal
Merupakan suatu keadaan jiwa yang diberikan oleh Tuhan kepada salah seorang calon sufi yang beribadah kepadaNya, dalam bentuk perasaan tawadhu’ (rendah hati), ikhlas, wijdan (gembira hati), khouf (takut) bersahabat,dll. Sifatnya sementara datang dan pergi.
Riyadhoh berarti latihan mental dengan melaksanakan zikir dan tafakkur yang sebanyak-banyaknya serta melatih diri dengn berbagai sifat yang terdapat dalam maqom.
Mujahadah berarti berusaha sungguh-sungguh dalam melaksanakan perintah allah.
Khalwat berarti menyepi atau bersrmedi, uzlah berarti mengasingkan diri dari pengaruh keduniaan. Muroqobah berarti mendekatkan diri kepada allah dengan melakukan amal ibadah wirid dan zikir. Suluk berati menjalankan cara hidup sebagai sufi.[8]
3.      Mahabbah
Yaitu suatu keadaan jiwa yang hanya mencintai Tuhan dan tidak ada lainnya yang dicintainya. Paham ini dibawa oleh Robi’ah Adawiyah
4.      Ma’rifah
Yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa Tuhan dapat melimpahkan cahayanya dengan terbukanya tabir yang menghalangi manusia melihat Tuhan. Paham ini dibawa oleh Ghozali.
5.      Fana yaitu suatu keadaan jiwa yang telah lenyap dari sifat-sifat tercela, dosa dan perasaan kemanusiaannya, dan yang ada hanya sifat-sifat ketuhanan dan akhlak mulia. Baqa yaitu keadaan yang kekal yaitu setelah manusia melenyapkan sifat-sifat kemanusiaan dan perbuatan dosa. Ittihad yaitu suatu paham yang menyatakan bahwa Tuhan dan manusia dapat mencapai kesatuan rohaniyah setelah menusia melenyapkan sifat-sifat dirinya, akhlak yang buruk dan dosa (fana’)
6.      Hulul
Yaitu suatu faham yang menyatakan bahwa Tuhan dapat mengambil suatu tempat pada diri manusia. Paham ini dibawa oleh al Halaj.
7.      Wahdatul wujud
Yaitu suatu paham bahwa antara manusia dan tuhan pada hakekatnya satu wujud. Sehingga antara keduanya dapat mencapai kesatuan wujud setelah manusia mencapai fana dan baqa, paham ini dibawa oleh Muhyidin Ibn arabi.[9]
C.    FUNGSI DAN PERANAN  TASAWUF DALAM KEHIDUPAN MODERN
Masyarakat modern terdiri dari dua kata yaitu masyarakat dan modern, Masyarakat adalah suatu unit pergaulan hidup manusia (himpunan orang yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu). Sedangan kata modern di artikan yang terbaru, secara baru, mutakhir.Dengan demikian secara harfiah masyarkat modern berarti suatu himpunan yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu yang bersifat mutakhir.[10]
Ciri-ciri masyarakat modern antara lain:
1.      Bersifat rasional, yakni lebih mengutamakan pendaat akal pikiran, daripada pendapat emosi, sebelum melakukan pekerjaan selalu dipertimbangkan lebih dahulu untuk ruginya, dan pekerjaan tersebut secara logika dipandang menguntungkan
2.      Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh,tidak hanya memikirkan masalah yang bersifat sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh
3.      Menghargai waktu, yaitu selalu melihat bahwa waktu adalah sesuatuyang sangat berharga dan perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
4.      Bersikap terbuka, uyakni mau menerima saran, masukan, baik berupa kritik, gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya
5.      Berfikir obyektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan kegunaanya bagi masyarakat.[11]
Problematika masyarakat modern antara lain:
1.      Disintegrasi ilmu pengetahuan
2.      Kepribadian yang terpecah
3.      Penyalahgunaan iptek
4.      Pendangkalan iman
5.      Pola hubungan materialistik
6.      Menghalalkan segala cara
7.      Stres dan frustasi
8.      Kehilangan harga diri dan masa depannya[12]

Kaitannya dengan modernitas. Modernitas itu muaranya materialistis dan ujungnya lagi lebih ke sekuler. Akhirnya terjadi kontradiksi antara modernitas dengan sufisme itu. Masalahnya kehidupan ini tidak bisa menghindari modernitas.karena perlu ada keterpaduan antara sufisme dan modernitas. Modernitas sesungguhnya tidak bertentangan dengan sufi, sebab manusia terdiri dari jiwa dan raga. Sufisme harus menjadi pembimbing modernitas. Sufi akan mengembalikan jiwa menguasai materi, bukan sebaliknya justru jiwa dikuasai oleh materi. Dan sebagaimana memanusiakan nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai ketuhanan itu menyatu dalam diri manusia.
Jika kita berbicara modernitas tidak akan lepas dari rasionalitas, efisiensi, demokrasi dan pengakuan pada pluralisme dan hak asasi manusia. Semua ini tidak bertentangan dengan tasawuf. Manusia terdiri dari jiwa dan raga, maka kebutuhan akan hal-hal yang sifatnya material juga harus dipenuhi. Dalam rangka memenuhi yang material seharusnya sufisme berfungsi. Artinya, kebutuhan materi manusia dapat diatur oleh etika atau moaral itu.
Menurut tasawuf, dunia sebagai sarana sebagai tujuan. Orang boleh mengejar kekayaan  namun juga dianggap sebagai tujuan akhir dunia seharusnya sebagai sarana memperkaya dan meningkatkan hal-hal yang bersifat ukhrowi. Oleh karena itu agar sufisme bisa menjadi jalan keluar menghadapi tantangan modernitas, para pemeluk sufi jangan lagi berprilaku eksklusif atau memisahkan diri dari modernitas. Sebab modernitas sendiri tidak bisa dihindari atau merupakan sebuah keniscayaan. Karena itu harus ada upaya bagaimana mengembalikan fungsi dunia sebagai alat bukan sebagai tujuan.
Jika ada muslim membuat garis pemisah antara sufi dengan modernitas, artinya penganut sufi tidak mau peduli dengan modernitas, karena hal itu bentuk penyelewengan. Pendapat itu merupakan kekeliruan besar, karena modernitas tak bisa dihindari dan manusia tak dapat membendung kehadirannya. Yang perlu dilakukan para penganut tasawuf tetap terlibat dalam kehidupan modern tetapi tidak terhanyut. Terjadinya kesalah pahaman tersebut dikarenakan tasawuf urusannya dengan batin lalu hal-hal yang lahir diabaikan. Padahal tidak mungkin kehidupan ini hanya diisi degan hal-hal yang bersifat batin saja. Jika dipandang dari substansi yang sebenarnya, tasawuf itu tak mengabaikan hal-hal duniawi. Hal itu bisa dilihat dari cara pandang tasawuf terhadap dunia. Dunia adalah alat, berarti seorang penempuh jalan sufi(spiritualitas), diperbolehkan menguasai dunia, asal jangan sampai terhanyut namun tetap berpegangan pada etika.[13]
Munculnya tasawuf atau sufisme sebagai alternatif yang terpilih untuk merespon kemiskinan spiritual masyarakat modern pada saat ini. Karena bentuk kebajikan spiritual dan tasawuf telah memberikan kepuasan dan kenikmatan yang selama ini tidak didapatkan sebelum mengikuti ajaran tasawuf. Kedamaian yang selama ini didambakan sedikit demi sedikit dan secara perlahan menghampiri dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kedamaian dalam rumah tangga, antar tetangga, maupun dalm kehidupan yang lebih luas, misal kantor. Kedamaian seberapapun kecilnya diterimanya, karena sifat-sifat sombong dan keserakahan dapat diredamnya. Sifat-sifat tersebut dapat dihilangkan karena mereka telah menghayati dan menyadari sepenuhnya sifat sabar, tawakal dan ridho akan apa yang dikerjakan oleh islam yang menjadi maqomat sebagaimana yang diajarkan dalam tasawuf.[14]
Terdapat  tiga tujuan mengapa sufisme dikembangkan dalam kehidupan modern:
1.      Turut serta terlibat dalam berbagai peran dalam menyelamatkan kemanusiaan dari kondisi kebingungan akibat hilangnya nilai –nilai spiritual.
2.      Memperkenalkan literatur atau pemahaman tentang aspek esoteris(kebatinan) islam baik terhadap masyarakat islam yang mulai melupakannya maupun non islam, khususnya terhadap masyarakat Barat.
3.      Untuk memberikan penegasan kembali bahwa sesungguhnya aspek esoteris islam, yakni sufisme adalah jantung ajaran islam.[15]

D.    PERILAKU-PERILAKU TASAWUF
1.             Ihsan merupakan posisi mulia dan derajat luhur serta tinggi yang dicapai oleh seorang hamba mukmin ketika ia mencapai kesempurnaan iman dan kesejatian islam. Allah SWT telah memerintahkan perilaku ihsan (kebaikan budi) dalam satu paket induk-induk perilaku mulia yang akan menaikkan derajat mukmin dalam hubungannya dengan tuhannya, dan meninggikan derajatnya dalam interaksi dengan seksama sebagai sosok yang berbudi luhur. Ketika seorang mukmin telah naik kederajat ihsan dalam beribadah, dalam menyembah Allahseolah-olah dia melihat atau dilihat-Nya maka perilaku ihsan akan akan teraktualisasikan pula dalam interaksinya dengan sesama manusia yang bertaburkan keluhuran budi . Ia berbakti terhadap orangtuanya, ia perhatikan hak-hak tetangganya, dan ia kasihin anak-anak yatim , orang-orang fakir, miskin, dan para musafir. Perilaku ihsan dalam interaksi sosial tidak hanya bersifat aktif dengan menghadirkan kebaikan pada orang lain.[16]
a.       Birr al-Walidain (berbakti kepada kedua orangtua)
Allah SWT telah memerintahkan berbuat baik kepada kedua orangtua, terutama saat mereka sudah berusia lanjut, dan melarang berbuat jahat kepada mereka. Allah juga menganjurkan untuk merendahkan diri terhadap keduanya, yakni memperlakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang. Allah SWT berfirman:
فلا تقل لهما افّ ولا تنهر هما
Artinya: “janganlah kamu sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka”.(QS.Al-isra’(17):23).
Rasulullah SAW juga menganjurkan berbakti terhadap orangtua dan menempatkannya di bawah tingkatan shalat saat beliau ditanya mengenai amal perbuatan yang paling afdhal. Diriwayatkan dari ibnu Mas’ud r.a, ia berkata: Aku perbah bertanya kepada Rasullah SAW, “Wahai Rasulullah , apa gerangan yang paling afdhal?” Beliau jawab,”Shalat tepat waktu”. Aku tanya lagi,”Lalu apa, Wahai Rasulullah?” Beliau jawab “Berbakti terhadap orangtua”. Aku tanya lagi,” Kemudian apa , wahai Rasulullah?” Beliau jawab “Jihad dijalan Allah”.Kemudian Rasulullah SAW mendiamkanku, dan seandainya aku tanya lebih bnayak lagi,pasti beliau akan menambahkannya.(H.R at-tirmidzi).[17]
b.      Allah SWT menganjurkan perilaku ihsan dalam memperlakukan anak yatim dengan tidak berlaku sewenang-wenang terhadapnya dan menghardiknya, sebagaimana larangan serupa terhadap pengemis dan kaum lemah (fakir miskin). Allah berfirman:
فامّا اليتيم فلا تقهر وامّا السّا ئل فلاتنهر وامّا بنعمة ربّك فحدّث
Artinya: “ Sebab itu terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang terhadap oarang yang minta-minta , janganlah kamu menghardiknya, dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaknya kiamu siarkan.(QS.adh-Dhuha(93):9-11).
Jika pengurus anak yatim menghayati muraqabah Allah dalam menjaga harta milik anak dibawah umur ini, memperlakukan dan mendidiknya dengan baik maka ia akan meraih pahala besar disisi Allah dan tinggal berdanpingan dengan Rasulullah SAW disurga.[18]
c.       Memelihara hubungan Silaturrahim dan berbuat baik pada sanak kerabat
من احبّ ان يبسط له في رزقه  وينسأ له في أثره فليصل رحمه
Artinya: “ Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya naka hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi”.(H.R al-Bukhari dan Muslim).
Jika seorang mukmin berbuat baiki terhadap sanak kerabatnya, meskipun mereka sendiri jahat terhadapnya maka maka deajadnya akan terangkat di sisi Allah SWT karena ketegarannya menanggung derita kejahatan dan semangatnya menyambung tali silaturrahim. Berbuat baik terhadap orang yang berbuat jahat kepadanya akan melipatgandakan pahala bagi si baik dan menambah siksa bagi si jahat . Diriwayatkan bagi Abu hurairah r.a, Bercerita ada seorang laki-laki (yang terhadap Rasullah SAW dan) berkata,” Wahai Rasulullah, Saya mempunyai kerabat. Saya selalu berupaya menyambung tali silaturrahim dengan mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya selalu berupaya untuk berbuat baik terhadap mereka, tetapi mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya untuk lemah lembut terhadap mereka, tetapi mereka mengabaikan saya”. Rasulullah SAW bersabda: “Jika benar seperti apa yang kamu katakan maka kamu seperti memberimakan mereka debu yang panas, dan selama kamu berbuat demikian maka pertolongan Allah akan selalu bersamamu.” (H.R Muslim).[19]
d.      Menjaga hak-hak tetangga
ما زال جبريل يوصيني با لجار حتىظننت أنه سيراثه
Artinya: Jibril terus berwasiat kepadaku untuk berbuat baik terhadap tetangga hingga aku mengira menetapkan hak waris untuknya (dari tetangganya yang meninggal dunia).(H.R at-Tirmidzi).
Rasulullah SAW bahkan menafikkan kesempurnaan iman dari orang yang jahat terhadap tentangga nya. Diriwayatkan dari Abu Syuraih r.a, Nabi SAW bersabda : “ Demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman.” Para sahabat bertanya, “Siapa yang anda maksud , Wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab “ Orang yang tetangganya tidak pernah merasa aman dari gangguanya?” Mereka bertanya lagi, “Apa yang dimaksud dengan gangguanya?” Beliau menjawab: “Keburukannya”.[20]
2.      Sabar
يا أيّها الذين أمنوا استعينوا بالصبر والصلوة إنّ الله مع الصابرين
Artinya: Hai orang-orang yang beriman , jadikanlah sabar dan shalat sebgai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.(QS.al-Baqarah (2):153).
Orang muslim juga dituntut oleh Allah SWT untuk mengiringi keburukan yang dilakukannya dengan perbuatan baik , dan tabah dalam menerima hal-hal yang menyakitkan sanak kerabatnya demi memupus api permusuhan di kalangan internal kaum muslimin. Dan penolong terbaik dalam hal ini adalah kesabaran. Dalanm mengarungi kehidupan, setiap orang mengalami perubahan-perubahan nasib dan kondisi antara mudah dan susah, kaya dan miskin, sehat dan sakit.
Peristiwa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup dan kehidupan merupakan ujian dari Allah bagi hamba-hamba-Nya. Kejadian buruk yang tak menyenangkan yang menimpa orang mukmin didunia bukanlah karena kehinaan statusnya dihadapan Allah, Melainkan musibah tersebut sengaja ditimpakan untuk mengangkat derajaatnya di sisi Allah dengan tambahan pahala dan ganjaran. Di tengah kondisi kehidupan yang berubah-ubah dengan berbagai macam penderitaan dan kepedihan , Seorang mukmin dituntut untuk tetap sabar ketika menghadapi ujian-ujian tersebut dan tidak seyogyanya mengangankan kematian hany gara-gara musibah yang menimpanya.
Seorang mukmin harus memiliki keinginan yang kuat (strong will) sebagai suplemen yang membantunya dalam menghadapi berbagai beban kesulitan hidup. Tanpa tekad dan keinginan yang kuat, ia tdak akan mampu bersabar menghadapinya, dan barangsiapa berusaha untuk bersabar maka Allah SWT akan menyabarkannya. Imam al Ghozali misalnya, mengatakan:” Sabar berarti sikap tegar pantang menyerah yang membangkitkan motif beragama menghadaapi dorongan shahwat . Adapun yang dimaksud dengan sabar adalah beramal dengan komitmen keyakinan sebab keyakinan mengajarkan kepadanya bahwa maksiat itu berbahaya dan ketaatan itu bermanfaat. Selanjutnya, meninggalkan berbagai bentuk kemaksiatan dan menekuni berbagai bentuk perilaku ketaatan tidak mungkin sukses tanpa kesabaran, yaitu mendaya gunakan motivasi beragama dalam mengalahkan dorongan hawa nafsu dan kemalasan.[21]



BAB III
KESIMPULAN

1.      Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan bidang pembinaan mental rohaniyah agar selalu dekat dengan Tuhan. sumber yang membentuk tasawuf itu ada lima, yaitu unsur islam, unsur masehi (Agama Nasrani), unsur Yunani, Unsur hindu/budha, dan Unsur persia.
2.      Dalam tasawuf terdapat beberapa istilah diantaranya: maqomat yang terdiri atas:al-taubah, al-zuhud, al-wara’, al faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridho .hal yang diantaranya: tawadhu’ (rendah hati), ikhlas, wijdan (gembira hati), khouf (takut) bersahabat,dll. Mahabbah, Ma’rifah,dll.
3.      Pada masyarakat modern tasawuf atau sufisme sebagai alternatif yang terpilih untuk merespon kemiskinan spiritual masyarakat modern pada saat ini. Karena bentuk kebajikan spiritual dan tasawuf telah memberikan kepuasan dan kenikmatan yang selama ini tidak didapatkan sebelum mengikuti ajaran tasawuf.
4.      Diantara perilaku-perilaku tasawuf yaitu Birr al-Walidain (berbakti kepada kedua orangtua), memperlakukan anak yatim dengan tidak berlaku sewenang-wenang terhadapnya dan menghardiknya, memelihara hubungan Silaturrahim dan berbuat baik pada sanak kerabat,menjaga hak-hak tetangga, sabar.



DAFTAR PUSTAKA

Nata,Abuddin.2006.Akhlak Tasawuf.Jakarta:PT.Grafindo Persada

Yunus, Mahmud.1990.Kamus Arab Indonesia.Jakarta:Hidakarya Agung

Fauqi,Muhammad. 2011 Taswuf Islam dan Akhlak.Jakarta:Hamzah

 Sila,Adlin dkk.2007. Sufi Perkotaan Menguak Fenomena Spiritualitas di Tengah Kehidupan Modern.Jakarta:Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta



[1] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,2006) hal:179
[2] Ibid, hal:180
[3] Mushaf  Alquran dan Terjemahannya (Jakarta:PT.Parca,1997) hal:562
[4] Ibid, hal:436
[5]Tanpa nama. Arti asal usul dan manfaat tasawuf. http://my.opera.com/alislam2008/blog/arti-asal-usul-dan-manfaat-tasawuf-dalam-islam diakses 17maret 2012

[6] Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta:hidakarya agung,1990) hlm:362
[7] Abuddin nata, Akhlak Tasawuf......hlm:93-94
[8] Ibid, hlm:204-205
[9] Ibid.. hlm:317
[10] Tanpa nama. Arti asal usul dan manfaat tasawuf. http://my.opera.com/alislam2008/blog/arti-asal-usul-dan-manfaat-tasawuf-dalam-islam diakses 17maret 2012
[11] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf....hlm:279-280
[12] Ibid... hlm:289-293
[13] M.Adlin Sila dkk, Sufi Perkotaan Menguak Fenomena Spiritualitas di Tengah Kehidupan Modern (Jakarta:Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta,2007)hal:11
[14] Ibid, hal:14
[15] Abuddin Nata, akhlak .... hlm;294
[16] Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak (Jakarta:Amzah,2011) hal:277
[17] Ibid, hlm:280-281
[18] Ibid, hlm:2892-90
[19] Ibid, hlm:291-292
[20] Ibid, hlm:292-293
[21] Ibid, hlm:298-306

Tidak ada komentar:

Posting Komentar